2.1 Pembahasan
2.1.1 Definisi
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.1.2 Diagnosis
1.
Perdarahan pervaginam dari bercak hingga
berjumlah banyak
2.
Perut nyeri dan kaku
3.
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
4.
Serviks dapat terbuka dan tertutup
5.
Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
Diagnosis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan ultrasonik
2.1.3 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup
beberapa faktor, antara lain :
1.
Faktor dari janin (fetal), yang terdiri dari :
kelainan genetik (kromosom)
2.
Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari :
kelainan hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi,
penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor immunologis dan dafek
anatomis seperti uterus didelfis, inkompetensia serviks ( penipisan dan pembukaan serviks sebeelum waktu inpartu,
umumnya pada trimester kedua ) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
3.
Faktor dari ayah ( paternal ) : kelainan sperma
Tabel
Macam-macam Abortus
DIAGNOSIS
|
PERDARAH-AN
|
NYERI PERUT
|
UTERUS
|
SERVIKS
|
GEJALA
KHAS
|
Abortus Iminens
|
Sedikit
|
Sedang
|
Sesuai usia gestasi
|
tertutup
|
Tidak ada ekspulsi jaringan kosepsi
|
Abortus
Insipiens
|
Sedang-banyak
|
Sedang/hebat
|
Sesuai usia kehamilan
|
Terbuka
|
Tidak
ada ekspulsi jaringan kosepsi
|
Abortus Inkomplit
|
Sedikit
|
Sedang/hebat
|
Sesuai usia kehamilan
|
Terbuka
|
Ekspulsi sebagian jaringan konsepsi
|
Abortus Komplit
|
Sedikit
|
Tanpa/sekikit
|
Lebih kecil dari usia gestasi
|
Terbuka/tertutup
|
Ekspulsi seluruh jaringan konsepsi
|
Missed Abortion
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Lebih kecil dari usia kehamilan
|
tertutup
|
Janin telah mati tapi tidak ada ekspulsi
jaringan konsepsi
|
2.1.4 Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah perdarahan
ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung
dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komp
2.1.5 Penyebab
Penyebab Abortus Insipiens tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
1.
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi
karena :
1)
Kelainan Kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada
abortus spontan ialah : trisomi poli ploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks ( Wiknjosastro, 2008)
2)
Lingkungan Kurang Sempurna
Bila lingkungan endometrium di
sekitar tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
3)
Pengaruh Dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen (Wiknjosastro,
2010).
2.
Kelainan Pada Plasenta
Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan
ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. (Sarwono,
2008) Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM (Manuaba, 2010).
3. Penyakit Ibu
Penyakit
mendadak seperti tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus toxic, virus dan plasmodium dapat melalui placenta masuk ke
janin, sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih
jarang (Sarwono, 2008).
4. Kelainan
Tractus Genetalis
Retroversio
uteri, mioma uteri atau kelainan bawah uterus dapat menyebabkan abortus.Tetapi
harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa
yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus ialah servik inkompeten yang
dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan,
amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
2.1.6
Gambaran Klinis
Terlambat haid atau amenorrhea
kurang dari 20 minggu.
1)
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum
tapak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, tekanan nadi
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
2)
perdarahan pervaginam mungkin
disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
3)
Rasa mulas atau kram perut di daerah
sympisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
4)
Pemeriksaan dalam :
1)
Servik masih membuka, mungkin teraba
jaringan sisa
2)
Perdarahan mungkin bertambah setelah
pemeriksaan dalam
5)
Pembesaran uterus sesuai usia
kehamilan
6)
Tes kehamilan mungkin masih positif
akan tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).
2.1.7
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut (Nugroho, 2010).
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blighted ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus ( Mochtar, 2001).
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu
Hamil dengan Abortus Insipiens
1.
Data Dasar (yang berpengaruh pada
Abortus Insipiens)
1)
Data Subyektif
·
Graviditas dan Paritas
·
Pernah Keguguran atau Tidak
·
Klien mengatakan hamil < 22
minggu
·
HPHT dan TP
·
Klien mengeluh mules / nyeri perut bagian bawah
·
Klien mengeluh perdarahan pervaginam
·
Riwayat Kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu
·
Riwayat penyakit Ibu
2)
Data Obyektif
·
Keadaan umum
·
Kesadaran
·
Tanda vital
·
Pemeriksaan fisik
a)
Konjungtiva merah muda atau bisa
juga pucat( jika perdarahan banyak)
b)
Fundus uteri sesuai usia kehamilan,
pada palpasi tidak ada nyeri tekan
c)
Tampak perdarahan
d)
Cerviks membuka pada periksaan dalam
serta teraba sebagiuan jaringan hasil konsepsi
e)
Inspekulo, sering serviks mendatar
dan berdilatasi. Selaput amnion dapat terlihat menonjol melalui serviks atau
dapat robek dengan cairan amnion di dalam vagina, adnexa normal
·
PPTest (+)
·
Hasil USG : Abortus Insipiens
2.
Interpretasi Data
Diagnosa : “ G..P..A..H.. hamil......minggu dengan Abortus
Insipiens”
3.
Masalah
Potensial : “ Abortus Inkomplit dan Abortus Komplit “
4.
Tindakan
Segera : “ Courettage “
5.
Intervensi
1)
Bina
hubungan dengan ibu dan keluarga
2)
Jelaskan
hasil pemeriksaan
3)
Informed
consent
4)
Pemberian
terapi
5)
Observasi
KU, tanda vital dan perdarahan/vaginam
6)
Infus RL
7)
Tranfusi
darah
8)
Persiapkan
untuk tindakan Courattage
6.
Implementasi
1)
Membina hubungan baik dengan ibu dan
keluarga
2)
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga
3)
Melakukan informed consent setiap tindakan
4)
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi dan tindakan courattage
5)
Kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk pemeriksaan darah
6)
Mengobservasi keadaan umum, tanda
vital dan perdarahan pervaginam
7)
Memasang infus RL
8)
Memotivasi keluarga untuk mencari
darah tranfusi (bila Hb < 10 gr% )
9)
Mempersiapkan pasien untuk tindakan
courattage, meliputi : puasa, pasang laminaria, skintest antibiotik dan bila
perlu sedia darah).
PA Post Courattage atas indikasi
Abortus Insipiens
10) Memberikan
terapi sesuai advis dokter
11) Memberitahukan
kepada klien untuk kontrol 1 minggu lagi
7.
Evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan,
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagiannya lagi belum efektif.
Unit Terkait : PONEK Obgyn dan Ruang
Perawatan Obstetri dan Ginekologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar