Sabtu, 03 Oktober 2020

STUDI KASUS PRE EKLAMPSIA BERAT DI RS

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.3.1 Tujuan Umum 3 1.3.2 Tujuan Khusus 3 BAB II TINJAUAN TEORI 6 2.1. Preeklamsia Berat 6 2.1.1 PengertianPreeklamsia Berat (PEB) 6 2.1.2 Etiologi 6 2.1.3 Tanda dan gejala 7 2.1.4 Patofisiologi 8 2.1.5 Komplikasi 9 2.1.6 Pencegahan 9 2.1.7 Penatalaksaan 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. MMR di Negara berkembang mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang sebagai penyumbang tertinggi angka kematian ibu di dunia. WHO memperkirakan di Indonesia terdapat sebesar 126 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah total kematian ibu sebesar 6400 pada tahun 2015. Angka ini sudah terjadi penurunan dari angka kematian ibu menurut SDKI 2012 yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan karena preeklamsia berat.Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality). Menurut definisi WHO “kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah barakhirnya kematian oleh sebab apa pun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakniyang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas,dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated causes). Angka kematian maternal (maternal mortality rate) ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini dibeberapa negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup. Kemajuan yang telah dicapai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah diumumkan oleh banyak penulis. Diinggris angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam tahun 1970 (chamberlain dan jeffcoate,1966, stallworthy, 1971). Perkembangan ini terlihat pula pada semua Negara maju, umumnya angka kematian maternal kini dinegara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0per 10.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo S. , 2010). Preeklamsia adalah penyakit kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah sebesar 140/90 mmHg atau lebih pada dua kali pemeriksaan setelah usia kehamilan 20 minggu pada ibu yang sebelumnya normotensif. Preeklamsia ini disertai dengan proteinuria yang singnifikan ( lebih dari 0, 3 g dalam 24 jam ). Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan /atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatni, 2009). Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadiPreeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Tingginya kejadian preeklamsia di negara-negara Berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan danpemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010). Data dari RSUD Dr. M. Zein Painan pada bulan Januari – Desember 2016 sebanyak 56 orang yang mengalami preeklamsi berat, dan persalinannya sebagian besar di rujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. Di RSUP DR. M. Djamil Padang ditemukan ibu hamil bersalin dengan PEB 8 orang dalam kurun waktu 1 minggu yaitu mulai dari tanggal 18-24 september 2017. Menelaah uraian di atas, maka Kelompok tertarik untuk menerapkan asuhan kebidanan dan menuangkannya dalam bentuk “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu nifas Post Sectio Cesarea atas indikasi PEB di RSUP Dr. M. Djamil Padang ”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambara karakteristik pada ibu nifas dengan kejadian preeklamsi berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017” 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Mampu melaksanakan dan memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny”E” P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny”D” P1E0H1 dengan post SC atas indikasi PEB. b. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif pada Ny”E” P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB. c. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi diagnosa dan atau masalah potensial pada Ny”E” P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB. d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny”E” P1A0H1 dengan post SC atas indikasi PEB. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Preeklamsia Berat 2.1.1 Pengertian Preeklamsia Berat (PEB) Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,bersalin dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,proteinuria,dan edema yang kadang-kadangdisertai konvulusi sampai koma,itu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Rukiah, 2013). Preeklamsi Berat adalah Suatu komplikasi kehamilan yang ditandaitimbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan / atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rahmawati E. N., 2013).Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertiensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinurin dan / atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatni, 2009). Preeklampsa berat adalah tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg yang diserta oleh proteinur ≥ ++ dengan menggunakan dipstick atau 5 mg/L pada pengumpalan urine 24 jam, setelah usia kehamilan 20 minggu (Lisnawat, 2013). 2.1.2.Etiologi Penyebab preeklamsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti,walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungan dengan kejadian. Itulah sebab Preeklamsia disebut juga “disease 0f theory” gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori-teori tersebut antara lain (Rukiah, 2013). 2.1.3. Tanda dan gejala Preeklampsia serta salah satu atau lebih gejalah dan tanda. 1. Tekanan darah ≥ 160/ 110 mmHg 2. Protenura : proteinuria ≥ 5 gram/ 24 jam atau dipstick ≥ + 4 3. Olgoria : produksi urine < 400-500 cc/ 24 jam 4. Kenaikan kreatinin setum 5. Edema paru dan sianosis 6. Nyeri epigastrum dan nyeri kuadran atas abdomen : disebabkan teregangnya kapsula gilsone. Nyeri dapat sebagai gejala awal rupture hepar 7. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan pandangan kabur. 8. Gangguan fungsi hepar : penngkatan SGOT dan SGPT 9. Hemolisis mikroangiopatik 10. Trambositopenia : < 100.000 sel/mm3 11. Sindroma HEELP (Hemolysis, Elevated Liver Enzime, Low Platelete Count) (Nugroho T. , Patologi Kebidanan, 2012). 2.1.4 Patofisiologi Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui,bukti meninfestasi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan,berupa perubahan patofisiologi tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan,dan akhirnya menjadi nyata secara klinis (cunnigham, 2013). Vasokonstriksi merupakan dasar pathogenesis Preeklamsia-eklamsia Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total periver resisten dan menimbulkan hipertensi Adanya vaskonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat,sehingga terjadi kerusakn endotel,kebocoran arteriole disertai pendarahan mikro pada tempat endotel bahwa adanya vasokonstriksi utroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta.Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumbr reaksi Hiporeksidasi lemak, sedangkan proses hiporeksedasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolism di dalam sel peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh.Proksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan anyara peroksidase terganggu,dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan,maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidarif (Rukiah, 2013). 2.1.5 Komplikasi 1. Awal a. Kejang meningkatkan kemungknan mortalitas maternal sepuluhkali lipat. penyebab kematian maternal karena eklamsi adalah : kolaps sirkulasi(hentijantung,edema pulmo,dan sok),perdarahan serebral dan gagal ginjal.kejang menngkatkan kemungknan kematian fetal 40kali lipat,basanya di sebabkan oleh hipoksia, asidosis dan asolusioplasenta. b. Kebutuhan atau paralysis dapat terjadi karena lepasnyaretina atau perdarahan intracranial. c. Perdaraan post partum d. Toksik delirum e. Luka karena kejang, berupa laseras bibir atau lidah dan fraktur fetebra f. Asprasi pneumonia 2. Komplikasi jangka panjang a. 40% sampa 50% pasien dengan preeklams berat atau eklamsi memliki kemungkinan kejadanyang sama pada kehamilan berkutnya. b. Hipertensi permanen, terjad pada 30% samapai 50% pasen dengan preeklamsi berat dan eklamsi (Nugroho T. , Patologi Kebidanan, 2012). 2.1.6 Pencegahan Rawatan Konservatif (Usia Kehamilan <36 minggu ). 1. Tirah baring 2. Infus D5 : RL = 3:1 3. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia ) 4. Pasang kateter tetap (bila perlu ) 5. Medikametosa: a. Anti konvulsan MgSO4 b. Anti hipertensi Nifedpine 10 mg sublingual dilanjutkan dengan 10 mg q 8 jam. c. Kortikosteroid (Oradexon i.m. 2 kali 10 mg) untuk kehamilan < 36 minggu d. Antbiotikum, diuretikum dan kardiotikum hanyadiberikan atas indikasi. Perawatan aktif (terminasi kehamilan),yaitu pada keadaan dibawah ini : 1. Umur kehamilan > 36 minggu 2. Terdapat tanda-tanda impending eklamsia 3. Gawat janin 4. Perawatan tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit (Rahmawati T. , 2012). 2.1.7 Penatalaksaan Di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsi berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 1. Perawatan aktif yaitu segera diakhiri atau diterminasi d tambah pengobatan medicinal. 2. Perawatan konserfatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan di tambah pengobatan medisinal a. Perawatan aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap pemeriiksaan fetal asesmen (NST&USG) Indkasi 1) Ibu a) Usaia kehamilan 37 minggu atau lebih b) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsi, kegagalan terapi konservatif setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan arah atau setelah 24 jam perawatan medisna, gejala-gejala statusquo (tidak ada perbaikan) 2) Janin a) Hasil fetal asesmen jelek (NST&USG) b) Adanya tanda IUGR 3) Labotatorium Adanya “HEELP syndrome” (hemolsis dan peningkatan pungsi hepar, trombositopenia) 2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Pre Eklampsi Berat Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pececahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2011). Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menghitungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan, menurut varney dalam asuhan kebidanan 7 langkah varney (varney, 2010) Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga prilaku pada setiap langkah agar pelayan yang berkomprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. (Varney, 2010) Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar & berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun, menurut varney dalam dokumentasi kebidanan tahun 2013. Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney adalah sebagai berikut : 2.2.1 Pengumpulan Data Dasar Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama(misalnya,riwayat persalinan),data subyektif yang diperoleh dari anamnesis (misalnya,keluhan pasien),dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya,tekanan darah) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya, membuat keputusan klinik yang tepat. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data subyektif juga meliputi informasi tambahan yangdiceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit. Data subyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir(wiknjosastro, 2015). Pekajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1. Anamnesa a. Biodata,data demogeafi 1) No. Register : memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya. 2) Nama : perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesaman nama klien 3) Umur :perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan klien dan mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak <20 tahun atau> 35 tahun.Persalinan preterm meningkat pada usia ibu < 20 dan > 35 tahun, ini disebabkan karena pada < 20 tahun alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan pada umur > 35 tahun juga dapat menyebabkan persalinan preterm karena umur ibu yang sudah resiko tinggi (Suririnah, 2008). Krisnadi, dkk (2009) menjelaskan bahwa ibu hamil dengan usia muda yaitu kurang dari 20 tahun peredaran darah menuju serviks dan uterus belum sempurna hal ini menyebabkan pemberian nutrisi pada janin berkurang. Demikian juga peredaran darah yang kurang pada saluran genital menyebabkan infeksi meningkat sehingga juga dapat menyebabkan persalinan preterm meningkat. Sedangkan menurut Kristiyanasari (2010), ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun juga berisiko karena terjadi penurunan fungsi dari organ akibat proses penuaan. Adanya kehamilan membuat ibu memerlukan ekstra energi untuk kehidupannya dan juga kehidupan janin yang sedang dikandungnya. Selain itu pada proses kelahiran diperlukan tenaga yang lebih besar dengan kelenturan dan elastisitas jalan lahir yang semakin berkurang(rahmawati, 2013) 4) Alamat : ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut,bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien atau klien dan lingkungan nya. 5) Pekerjaan : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. 6) Agama : ditanayakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatanklien. 7) Pendidikan : ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. 8) Suku / bangsa : ditanayakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh adat istiadat / budayanya terhadap kegiatan kesehatan klien, akan memudahkan melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan. b. Keluhan utama Merupakan alasan utama untuk datang kepelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan klien. Untuk mengetahui perihal yang mendorong ibu untuk datang kepada bidan seperti, apa yang dirasakan, sejak kapan timbulnya keluhan,ceritakan urutan kejadian Keluhan yang biasanya timbul adalah nyeri pinggang menjalar keari –ari makin lama makin kuat,merasa ingin buang air besar, keluar air ketuban yang banyak c. Riwayat obstrik,gynekologi, termasuk nifas dan laktasi Menanyakan kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu, apakah ada masalah atau tidak,yang akan beresiko pada persalinan berikutnya. d. Pola kehidupan sehari-hari e. Riwayat kontrasepsi kemungkinan klien pernah menggunakanalat kontrasepsi atau tidak. f. Pengetahuan klien. (furwasyih, 2016). 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan. Tujuan pemerikasaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya sertatingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.informasi dari hasil pemeriksaan fisik adalah anamnesis diramu / diolah untuk membuat keputusan, menegakan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu (APN, 2015). 2.2.2 Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi yang benar terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnose keduanya digunakan karena beberapa masalah yang dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengarahan, Masalah ini sering menyertai diagnosa. 2.2.3 Diagnosa potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.Berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi.langkah ini membutuhkan antisipasi,bila dimungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan sudah bersiap-siap bila diagnosaatau masalah potensial ini benar-benar terjadi pada langkah ini sering sekali melakukan asuhan yang aman(furwasyih, 2016). Pada kasus ini, persalinan dilakukan perabdominal atas indikasi PEB dimana potensial terjadinya infeksi 2.1.4 Tindakan segera 2.1.5 Intervensi No. Register : memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya. Hari/tanggal : Jam : Tempat : 2.2.1 Pengumpulan data dasar Data Subjektif 1. Identitas pasien Nama Ibu : Nama Suami : Umur : > 35 thn faktor terjadinya PEB Umur : Suku / Bangsa : Suku / Bangsa : Agama : Agama : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan : Pekerjaan : Alamat: 2. Alasan datang Pasien datang rujukan, kiriman atau datang sendiri untuk memeriksakan keadaannya, jika rujukan dapat diketahui denngan diagnosis apa sehingga data tersebut dapat mambantu dalam menegakkan diagnosis. 3. Keluhan utama Ibu nifas dengan PEB sering mengeluh sakit di kepala daerah, pengeliatan kabur/ gangguan pengeliatan, nyeri perut, mual ataupun muntah-muntah (Wiknjosastro, 2007) 4. Riwayat kehamilan Ibu nifas dengan kehamilan PEB akan mengalami kekambuhan pada masa nifas. Faktor predisposisi yang menyebabkan PEB adalah kehamilan dengan hipertensi esensial, polihidramnion dan gemelli serta iskemia plasenta. Mola hidatidosa juga menjadi faktor risiko PEB. 5. Riwayat persalinan sekarang Hari, tanggal dan jam melahirkan untuk memantau perkembangan PEB, Jumlah paritas menjadi faktor risiko dalam PEB. 6. Riwayat kesehatan klien Ibu dengan diabetes millitus, hipertensi kronik, gangguan ginjal 7. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga ada yang menderita eklampsi bisa menjadi faktor predisposisi PEB 8. Riwayat Psikososial budaya Stress dan gelisah pada ibu meningkatkan tekanan darah / hipertensi yang dapat menjadi faktor pencetus PEB Data Objektif 1. Pemeriksaan umum Kesadaran : normal sampai koma Tekanan darah : >160/110 mmHg (hipertensi) Pernapasan : >16x/menit (syarat pemberian MgSO4) Berat Badan : obesitas (IMT>30) 2. Pemeriksaan fisik - Ibu memegang kepala karena terasa sakit kepala yang hebat pada daerah frontal - Perdarahan mata - Edema kelopak mata - Gagal jantung kongetif, odema paru - Bendungan ASI - Genetalia terdapat lockea rubra - Edema tangan - Edema tungkai bawah 3. Pemeriksaan penunjang Pada ibu nifas PEB dilakukan pemeriksaan : - Analisis protein dalam urine (>5g/24jam atau +2 atau lebih) - Pemeriksaan edema paru, output (oliguria) - Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit (<100.000sel/uL), morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi) - Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartate aminotransferase), peningkatan SGOT/SGPT. - Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin >1,2mg/dl) - Pemeriksaan mata diplopia dengan cara worth four dots, skotoma dengan test lapang pandang 2.2.2 Interprestasi data DS : usia >35th, mengeluh sakit di kepala, pengeliatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual ataupun muntah-muntah. Punya riwayat pre eklampsi pada kehamilan sebelumnya. Gemelli, polihidramnion, DM. DO: obesitas, tekanan darah >160/110mmHg, proteinuria ≥+2, trombositopeni, oliguria, nyeri epigastrium, edema pada ekstremitas, skotoma, diplopia. Diagnosa : post partum dengan pre eklampsia berat Masalah : nyeri perut, pandangan mata kabur, bendungan ASI, edema, cemas 2.2.3 Diagnosa dan masalah potensial Diagnosa potensial : eklampsia, koma dan kematian ibu Masalah potensial : mastitis, hemolysis, perdarahan otak, kelainan mata, stress, post partum blues 2.2.4 Identifikasi kebutuhan tindakan segera Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien, apakah dibutuhkan tindakan segera atau tidak (Asri H, 2012). Mandiri : - Di BPM : perbaiki jalan nafas, sirkulasi, MgSO4 looding dose dan intubasi apabila kejang dan segera rujuk - Di RS : perbaikan KU Kolaborasi : konsultasi dokter obgyn dan spesialis terkait (lab) Rujukan : bila ada gejala PEB yang mengarah ke eklampsia segera rujuk ke rumah sakit yang memenuhi fasilitas yang memadai. 2.2.5 Intervensi Rencana asuhan yang menyeluruh adalah berdasarkan hasil identifikasi masalah dan diagnosa. Perencanaan dan penanganan pre-eklampsia pada pasien dapt berpa: 1. Jelaskan prosedur penangan pre eklampsia kepada ibu dan keluarga R/ informasi yang jelas membantu ibu dan keluarga untuk mengerti tindakan yang akan dilakukan. 2. Perhatikan jalan nafas dan sirkulasi R/ pernafasan dipantau untuk menghindari adanya gagal nafas dan sirkulasi dibutuhkan untuk pemberian cairan terutama obat MgSO4 sebagai dosis awal pencegahan terjadinya kejang. 3. Berikan dosis awal MgSO4 40% sebanyak 4g larutkan dengan 10 ml aquades dan IV perlahan selama 20menit R/ pada pre eklampsia berat pemberian MgSO4 sebagai pencegahan kejang, dan apabila sudah eklampsia sebagai penatalaksanaan segera ketika pasien kejang. 4. Persiapkan ibu, bidan, alat-alat medis, keluarga, surat rujukan, obat-obatan (MgSO4 dan CaGlukonas), kendaraan dan uang untuk persiapan rujukan. R/ persiapan rujukan yang tepat dan cepat mempermudah proses rujukan. 5. Berikan pendampingan untuk ibu saat dilakukan rujukan R/ pendampingan seorang bidan akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu sebagai sesame wanita sehingga ibu tidak merasa khawatir dalam proses rujukan. 6. Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian MgSO4 dosis rumatan dan spesialis terkait untuk pemeriksaan laboratorium. R/ sebagai tugas dependen bidan 7. Pantau dan observasi tekanan darah tiap jam, pengeluaran urine (balance cairan), pernafasan dan reflek patella. R/ mencegah adanya komplikasi 8. Lakukan perawatan ibu di ruangan yang tenang R/ meminimalisir keadaan stress yang dialami ibu 9. Berikan KIE tentang gizi diet cukup protein dan perawatan masa nifas, dan bendungan ASI R/ menjaga kesehatan ibu dan mencegah komplikasi dini pada masa nifas terutama bendungan ASI dikarenakan ibu belum bisa meneteki. Buat komitmen dengan ibu untuk melakukan follow up di poli 6 minggu setelah melahirkan atau sewaktu-waktu apabila ada keluhan ibu bisa datang ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya R/ rencana tindak lanjut pemantauan perkembangan ibu 2.4.6 Implementasi Melakukan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh yang telah di uraikan pada intervensi secara aman dan efisien, yang dapat dilakukan oleh bidan seluruhnya ataupun oleh tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, sebagai bidan tetap bertanggung jawab dalam mengarahkan pelaksanaannya. 2.4.7 Evaluasi Pada langkah ke tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (APN, 2015). BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.E P3A0H3 DENGAN POST SEKSIO SECAREA NIFAS HARI 1 ATAS INDIKASI PEB PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS I. PENGKAJIAN (Tanggal/Jam: 18 september 2017/11.00 Wib) A. Identitas Nama : Nama : Umur : Umur : Suku/bangsa : Suku/bangsa : Agama : Agama : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan : Pekerjaan : Alamat Kantor : Alamat Kantor : No telp : No telp : Alamat rumah : No telp : B. Anamnesa 1. Keluhan utama : 2. Riwayat perkawinan: 3. Riwayat Obstretik a. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas anak yang lalu b. Riwayat Kehamilan Sekarang c. Riwayat Persalinan Sekarang 4. Riwayat KB 5. Pola Kebutuhn Sehari-Hari a. Nutrisi b. Eliminasi c. Istirahat d. aktivitas 7. Riwayat Psikososial C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif) 1. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan 1) Umum : Baik 2) Kesadaran : Composmetis 3) Tanda-tanda Vital - Tekanan darah : mmHg - Nadi : 85x/menit - Suhu : 36,80 C - Respirasi : 25 x/Menit 2. Pemeriksaan Khusus b. Pemeriksaan Wajah c. Pemeriksaan Payudara Payudara tampak bersih, putting menonjol, tidak ada pembengkakan, belum ada pengeluaran ASI. c. Pemeriksaan abdomen : 1) TFU : 1 jari bawah pusat 2) Kontraksi : baik 3) Luka bekas operasi bersih tidak ada darah yang merember, tidak ada tanda-tanda infeksi d.Pemeriksaan genitalia. e. Pemeriksaan Ekstremitas - Atas Ekstremitas atas terpasang infus RL 20 tetes / menit. Tidak ada oedema. - Bawah Tidak terdapat oedema. f.Pemeriksaan Laboratorium - hb : 11,3 g/dl - leukosit : 19.480/mm3 - hematokrit : 30 % - Trombosit : 198,000/mm3 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA IBU “S” P3A0H3 POST SC 2 HARI YANG LALU DENGAN PEB S O A P Tgl: 18-09-2017 Pukul: 11.00 wib 1.Pemeriksaan umum : - Kesadaran : composmentis. -TD : 162/80 - N : 76x/i - P : 20x/i - S : 36,6 ̊C 2. Pemeriksaan khusus - Head to toe dalam batas normal, kecuali : - Mata : Palpebra oedema - Ekstremitas bawah : oedema Dx: Ny “S” P3A0H3 Postpartum pervaginam dengan PEB hari ke 2, KU sedang. Dx potensial: PEB berpotensial impending Eklampsia 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, ibu mengerti dan senag dengan hasil pemeriksaan. 2. Memantau tanda-tanda vital ibu setiap 2x/jam, ibu hipertensi 3. Memperbaiki posisi ibu agar kateter berfungsi dengan baik, posisi ibu sudah di atur. 4. Menganjurkan ibu untuk mulai mobilisasi dini , ibu sudah mulai miring kiri/kanan. 5. Memberikan obat sesuai dengan resep dokter, ibu terapi cefriaxone 3x1 amp IV, metildopa 3x50 mg, asam mefenamat 3x500 m, vit C 3x1, SF. 6. Melakukan pemeriksaan pada abdomen ibu, TFU 1 jari di bawah pusat dan kontraksi baik. 7. Melakukan pemeriksaan pada genetalia ibu dan melakukan vulva hyegine, terlihat lokea rubra dan vulva hyegine sudah dilakukan. 8. Melakukan TTV pada ibu, TD: 162/80 mmHg, N: 76x/i, Suhu: 36,6 S O A P Tanggal: 19-09-2017 1. Pemeriksaan umum: - Kesadaran : composmentis - TD : 150/90 - N : 86x/menit - P: 18 x/menit 2.Pemeriksaan khusus : - abdomen : a. kontraksi : perut ibu teraba keras. b. TFU : 2 jari di bawah pusat. - genetalia : a. lokhea : Rubra -ekstremitas : a. atas : infus terpasang RL 20 tetes/menit. 2. Pemeriksaan penunjang : -Hb : 11,3 g/dl. -leukosit :19.480/mm3 -trombosit:198.000/mm3 - hematocrit : 30 % Ny “S” postpartum pervarginam hari ke dengan PEB KU ibu baik. 1. Memantau TTV ibu, TD:150/90, N:86x/I, P:18x/I, S: 36,6 2. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu baik-baik saja, ibu mengerti dengn apa yang dijelaskan. 3. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau apabila pembalut sudah penuh, ibu mengerti dan sudah melaksanakannya. 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi, ibu sudah mulai berjalan disekitar kamar. 5. Memberikan ibu obat sesuai dengan resep dokter, ibu sudah minum obat sesuai dengan resep dokter. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetric ) Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). B. Saran 1. Bagi Institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan penilaian terhadap mahasiswa dalam menerapkan teori asuhan kebidanan yang telah didapat dibangku kuliah ke tatanan nyata dilapangan, kemudian sebagai bahan evaluasi efektifitas terhadap pengajaran yang telah diberikan kepada mahasiswa. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan Diharapkan instansi pelayanan kesehatan dapat lebih meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan dengan melakukan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan dan memaksimalkan pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah dirancang. Sehingga dapat menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas ibu, bayi serta mampu meningatkan derat kesehatan masyarakat.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tn.N Umur : 29 tahun Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan Alamat : RT 01 RW II Kelurahan Kurao Pagang Dengan ini menyatakan bahwa saya dan keluarga bersedia menjadi responden dalam asuhan kebidanan yang dilaksanakan oleh Mahasiswa D III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG guna penyusunan laporan Keluarga Binaan. Kepada saya dan keluarga juga telah diberikan penjelasan yang cukup sehingga kemudian kami dapat menyetujui untuk terlibat dalam proses asuhan kebidanan ini. Demikian persetujuan yang saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Padang, Mei 2018 ( )

STUDI KASUS PRE EKLAMPSIA BERAT DI RS

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.3.1 Tujuan Umum 3 1.3.2 Tujuan Khusus 3...