BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kelainan kongenital
merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah
bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa gestasinya.Bayi berat lahir
rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik
untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula
adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaan air
ketuban dan darah janin.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan makalah ini adalah:
1.2.1
Apa definisi dari kelainan kongenital,
1.2.2
Apa saja penyebab kelainan kongenital,
1.2.3
Apa saja kelainan kongenital yang
terjadi pada uterus
1.2.4
Apa saja kelainan kongenital yang
terjadi di tuba fallopi.
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Penulis dapat mengetahui mengenai Kelainan kongenital pada uterus dan
tuba falopii, penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis
kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu
mengetahui kelainan kongenital pada uterus dan tuba falopii
1.3.2.2 Mampu
mengetahui , penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis
kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1
Manfaat bagi institusi
Menambah informasi,
wacana dan referensi tentang kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii
serta penyebab, gejala klinis, penanganan,
komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.
1.4.2
Manfaat bagi penulis
Dapat mempelajari
sedalam mungkin mengenai kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii serta
penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital
pada uterus dan tuba fallopi..Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat dari media elektrik maupun dari buku.
1.4.3
Manfaat bagi pembaca
Menambah ilmu dan
gambaran tentang kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii serta
penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital
pada uterus dan tuba fallopi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Dari Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital
merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah
bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa gestasinya.
2.2
Penyebab Kelainan Kongenital pada Uterus dan Tuba Falopii
Perkembangan genitalia
janin selalu menjurus kearah alat reproduksi wanita. Lekukan ephitel mesoderm
diketemukan Muller, “disebut duktus Muller atau duktus mesonephros”, disebelah
lateral dari gonad ridge.
Kelainan Genetalia
dibentuk duktus Muller dapat mengalami agenesis, hipoplasia atau atresia. Gonad
terus berkembang menjadi ovarium dan pada saat berfungsi mengeluarkan hormone estrogen
dan progesterone. Oleh karena itu pertumbuhan tanda seks sekunder tidak ada
hubungannya dengan pembentuka alat genitalia interna, karena saat pembentukan
alat genitalia interna adalah :
1. Testis
Determining Factor (TDF) atau H – Y antigen
2. Bila testis determining factor tidak
terbentuk pada pertemuan seks kromosom XX, maka arah pertumbuhannya menuju alat
genitalia wanita. Hasil tumbuh kembang duktus Muller yang akan membentuk :
a. Tuba
Fallopii
b. Uterus
c. Vagina
Anomali pada organ
genitalia perempuan diakibatkan oleh karena terjadinya defek pada proses fusi
lateral dan vertikal dari sinus urogenitalis dan duktus muller. Proses fusi
(penggabungan duktus Muller kanan dan kiri akan selesai pada usia kehamilan 12
minggu. Sementara itu, proses kanalisasi akan selesai pada usia kehamilan 5
bulan.
Kegagalan fusi vertikal
antara duktus Muller dan sinus urogenital akan menyebabkan kelainan gangguan
kanalisasi organ genitalia. Selanjutnya, kegagalan untuk melakukan fusi lateral
akan menyebabkan terjadinya duplikasi organ.
Terjadinya penyimpangan
dalam fusi duktus Mulleri akan memberikan berbagai kelainan uterus. Apabila
sama sekali tidak terjadi fusi, maka akan terbentuk dua uterus. Tersering
bentuk bikornu maupun adanya septum dalam kavum uteri yang keduanya dikarenakan
hanya sebagian dari duktus Mulleri yang mengalami gangguan untuk fusi.
Pada keadaan ini
seringkali diikuti dengan terdapatnya dua serviks. Apabila salah satu dari
bentuk bikornu yang disertai septum tidak mempunyai saluran melalui serviks
uteri, maka akan terjadi penimbunan darah (hematometra). Berbagai keluhan akan
timbul pada proses penimbunan ini. Kelainan yang ekstrem yaitu tidak
terbentuknya uterus. Kelainan kongenital uterus tersebut akan menyebabkan
abortus, kelahiran prematur atau kesulitan melahirkan. Kemandulan dan
amenorrhea bisa ditemukan bila uterus tidak terbentuk.
2.3 Kelainan-kelainan Kongenital yang Terjadi
pada Uterus
2.3.1
Uterus unicornis
Uterus unicornis
dikenal juga dengan nama single horned uterus, yaitu uterus yang hanya
mempunyai satu "tanduk" sehingga bentuknya seperti pisang. Sekitar
65% wanita memiliki kelainan uterus unicornis yang mempunyai semacam tanduk
kedua lebih kecil.Terkadang "tanduk" kecil ini berhubungan dengan
uterus dan vagina, tetapi yang sering terjadi adalah terisolasi dan tidak berhubungan
dengan keduanya.
2.3.2
Uterus didelphis
Uterus didelphis adalah
kelainan uterus yang memiliki "dua leher rahim". Sebagian besar kasus
ini mempunyai dinding yang memisahkan vagina menjadi dua bagian. Wanita dengan
kelainan ini tidak mengalami gejala apapun. Namun sebagian mengalami sakit
ketika haid yang disebabkan karena adanya dinding penyekat yang memisahkan
vagina menjadi dua bagian.
2.3.3
Uterus bikornis
Uterus bikornis adalah
kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di bagian
dalamnya dan terbagi dua di bagian luarnya. Jika hamil, wanita yang memiliki
bentuk rahim ini akan mengalami kelainan letak, yaitu janin sering dalam
keadaan melintang atau sungsang. Namun, wanita yang mempunyai kelainan ini
masih mempunyai kesempatan melahirkan anak, walaupun risiko tinggi untuk
mengalami inkompetensia serviks keadaan leher rahim yang lemah sehingga mudah
terbuka.
2.3.4
Uterus Septus
Septate uterus adalah
kelainan uterus yang sebagian atau seluruh dindingnya terbelah seolah-olah
mempunyai sekat menjadi dua bagian. Padahal bagian luar terlihat normal. Kelainan
ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan dalam, tetapi terkadang tidak
diketahui sampai wanita tersebut mengalami gangguan kehamilan seperti sulit
hamil atau sering keguguran berulang.
2.3.5
Uterus Arkuata
Arcuate uterus ini
mempunyai rongga uterus tunggal dengan fundus uteri cembung atau flat. Bentuk
ini sering dianggap sebagai varian normal karena tidak meningkatkan risiko keguguran
dan komplikasi lain.
2.3.6
Kelainan DES
Pejanan in utero terhadap dietilstilbestrol (DES)
terjadi pada individu yang lahir pada tahun 1940-1972 yang ibunya diberi
estrogen sintetis untuk mencegah keguguran. DES kemudian terbukti menyebabkan
kelainan kongenital pada wanita, dan pada derajat yang lebih rendah, juga pada
pria. Kelainan pada wanita yang paling sering adalah bentuk serviks yang
abnormal. Serviks ini digambarkan seperti mangkuk, peci, atau hipoplasia.
Susunan otot-otot uterus juga mengalami kelainan pada wanita yang terpajan DES
seperti rongga uterus berbentuk T pada histerosalpingografi. DES tampaknya
menyebabkan kelainan ini melalui aktivasi yang tidak sesuai pada gen yang
tergantung estrogen yang terlibat saat diferensiasi serviks dan sepertiga
bagian atas vagina bagian bawah. Keadaan ini tidak hanya menyebabkan kelainan
struktural pada serviks dan uterus, namun juga menyebabkan menetapnya epitel
kelenjar serviks pada vagina (adenosis vagina).
2.4 Kelainan Kongenital pada Tuba Fallopi
Atresia, striktura dan
tidak terbentuknya tuba fallopi merupakan kelainan yang sangat jarang ditemukan
. Kelainan yang kadang-kadang ditemukan ialah terdapatnya diverticula atau
penambahan fimbriae. Dapat terjadi atresia parsiil tapi lebih sering tuba
panjang dan sempit (hypoplasia). pada kelainan genitalia interna sering
terdapat juga kelainan sistema uropoetis : aplasi satu ginjal, ureter kembar
dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kelainan pada uterus
dan tuba falopii biasanya disebabkan karena saluran Muller tidak tumbuh atau
karena persatuan saluran Muller tidak terjadi.
Kelainan-kelainan kongenital yang terjadi pada
uterus adalah uterus unicornis,uterus didelphis, uterus bikornis, uterus septus
dan uterus arkuata serta terhadap dietilstilbestrol (DES) yang menyebabkan
rongga uterus berbentuk T.
3.2
Saran
Demikian yang dapat
saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makala ini. Saya berharap para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangu kepada kelompok kami
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
penulis khusunya dan pembaca umumnya mengenai kelainan kongenital pada uterus
dan tuba fallopi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://bloghelloekka.blogspot.co.id/2014/04/kelinan-kongenital-pada-uterus-dan-tuba.html
www.academia.edu/.../KELAINAN_KONGENITAL_PADA_SISTEM_REPRODUKSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar